Perserang Ungkap Match Fixing Di Liga 2, SOS: Satgas Mafia Bola Dimana?

By Abdi Satria


nusakini.com-Jakarta-Bom waktu itu meledak lagi. Perserang Serang melaporkan dugaan pengaturan skor ke PSSI dan telah memecat lima pemain dan pelatihnya. Lima pemain yang dimaksud adalah EDS, FE, EJ, AS dan AIH. Pelatih adalah PW. Manajer Perserang, Babay Karnawi, mengaku memiliki sejumlah barang bukti. Beberapa orang telah menghubungi sejumlah pemain Perserang untuk kalah dalam pertandingan melawan Rans Cilegon United, Persekat Tegal, dan Badak Lampung FC.

Sungguh ini aib yang memalukan di saat setiap laga baik Liga 2 maupun Liga 1 ada petugas yang rompi BERTULISKAN SATGAS ANTI MAFIA BOLA. Padahal, tugas Satgas Anti Mafia Bola berdasarkan sprindik adalah memetakan sejumlah laga yang terindikasi terjadi pengaturan skor, melakukan penyidikan dan penyelidikan serta penangkapan. Satgas Mafia Bola bekerja dalam diam. Tidak gagah-gagahan pamer rompi di lapangan layaknya peragawan di atas catwalk. Menariknya di depan personal berompi itu selalu ada kasus blunder wasit yang didiamkan. Apa yang diungkap manajemen Perserang menampar wajah Satgas pimpinan Brigjen Hendro Pandenowo. Pertanyaannya apakah yang di lapangan itu Satgas sesungguhnya atau hanya gimmick?

Faktanya, Satgas Anti Mafia Bola jilid III, dibentuk saat Kapolri dijabat Idham Aziz lewat surat perintah penyidikan (sprindik) tanggal 1 Februari 2020 sampai enam bulan kedepan (Agustus 2020). Tugas Satgas Antimafia Bola jilid III ini sama dengan tugas jilid sebelumnya memonitor laga-laga sepakbola Indonesia. Yakni memetakan kasus-kasus yang tahap 1, 2, dan monitoring pertandingan liga 1, 2, dan 3, kemudian mencegah terjadinya match fixing. Tapi, setelah Idham Azis diganti belum ada perpanjangan masa kerja Satgas menjadi Jilid IV yang sudah kadaluarsa. Jadi siapa sesungguhnya para pria berompi Satgas di setiap pertandingan? Divisi Humas Polri harus menjelaskan agar citra Polri tak tercoreng.

Lepas dari itu, pernyataaan manajemen Perserang soal adanya indikasi match fixing harus diusut tuntas dan juga bisa dikembangkan untuk memerangi pengaturan skor yang menjadi penyakit kronis sepakbola nasional. Ini bisa menjadi pintu masuk untuk membongkar sampai ke akar-akarnya. "Jangan sampai kasus ini menguap begitu saja seperti sebelum-sebelumnya. Match fixing itu candu. Seperti narkoba. Ada celah sedikit maka akan berulang. Ini pertaruhan buat PSSI yang dipimpin mantan polisi," kata Akmal Marhali, Koordinator SOS. (rls)